Senin, 07 Februari 2011

waria palangkaraya antara ada dan tiada

Bagi masyarakat kota Palangkaraya, sudah menjadi rahasia umum bahwa kawasan stadion olahraga Sanaman Mantikei pada malam hari menjelma menjadi kawasan stadion olahraga "Pay Per Click" alias "One Stop Service" bagi laki-laki yang "kebelet" memenuhi hasrat seksualnya dengan cara instant.

Kawasan Sanaman Mantikei, merupakan salah satu zona operasi malam bagi kaum waria yang berprofesi sebagai "kupu-kupu malam". Bahkan, pada malam hari, kawasan ini seolah "tertutup" bagi kaum perempuan baik-baik maupun "tidak baik-baik". Bagi para cewek tulen, cantik maupun tidak cantik, seksi maupun tidak seksi, jangan harap berani melewati kawasan ini pada malam hari di atas pukul 21.00 wib. Bisa-bisa sebuah batu dari balik keremangan malam di kiri kanan jalan akan melayang ke arah Anda. Bila hal itu terjadi, segeralah meninggalkan kawasan ini, karena itu merupakan sebuah tanda peringatan dari para waria agar Anda segera meninggalkan zona operasi mereka.
Proses tawar menawar biasanya berlangsung di dalam kawasan stadion. Dengan tarif berkisar antara Rp. 20.000,- sampai dengan Rp. 300.000,-, para lelaki yang "mampir" di kawasan ini akan mendapatkan pelayanan instant di balik keremangan lampu gedung-gedung di sekitar kawasan ini. Ya, karena proses "eksekusi"nya seringkali dilakukan di luar kawasan stadion, tepatnya di halaman atau di balik gedung-gedung perkantoran yang ada di sekitar kawasan Sanaman Mantikei ini.

Para waria yang berdomisili di Palangkaraya, umumnya merupakan pendatang dari daerah lain seperti Pulau Jawa, Medan, Ujung Pandang, Jakarta, Banjarmasin, Pontianak, dan daerah lainnya di Indonesia. Para waria pendatang baru ini, biasanya langsung ditampung oleh teman-temannya sesama waria yang telah menetap lama di Palangkaraya.

Menurut pengakuan XYZ, salah seorang waria yang tergabung dalam PERWAPA (Persatuan Waria Palangkaraya), komunitas waria di Palangkaraya secara nasional merupakan komunitas waria terbaik, karena tertib dan tidak pernah menimbulkan masalah maupun isu-isu negatif lainnya.

Bagi kaum waria ini sendiri, keberadaan mereka di kota Palangkaraya seolah antara ada dan tiada, karena kadang-kadang mereka diperlakukan sama seperti masyarakat pada umumnya, sebagai subjek, sebagai "seseorang", namun seringkali pula mereka hanya dijadikan objek dari berbagai kepentingan masyarakat lainnya.

Related Posts by Categories :



1 komentar:

MooChenk mengatakan...

Copas boleh aja asalkan sumber aslinya dicantumkan. Thx.